Gita bercermin dan untuk sesaat nampak
tersenyum puas akan penampilannya yang dianggap cukup memukau. Tubuh
serta pinggul yang ramping, ditopang sepasang kaki yang indah serta
sepasang buah dada berukuran 34C, rasanya cukup untuk menambah nilainya
sebagai pesinetron baru.
Untuk urusan pakaian, ia memilih baju lengan panjang berbahan satin yang
mengkilap seperti sutra berwarna pink dipadu rok panjang sebahan dan
sewarna dengan bajunya. Jilbab pendek seleher yang dikenakannya juga
berbahan satin berwarna merah hingga membuat paras kecantikan gadis muda
berjilbab ini terpancar sempurna.
Tak lama kemudian jemputan tiba. Setelah berpamitan dengan orang tuanya
Gita bergegas menuju kendaraan yang terparkir di luar rumahnya. Baru
kali ini artis berjilbab itu berangkat sendirian untuk urusan casting
tanpa ditemani salah satu anggota keluarganya. Dikarenakan production
house yang memberinya tawaran job tersebut mengajukan syarat Gita harus
datang sendirian. Dan demi menunjukkan bahwa artis berjilbab itu memang
seorang profesional, ia menyanggupinya.
Tempat dimana casting akan dilaksanakan ternyata di sebuah villa yang
lokasinya berjauhan dengan villa-villa lainnya. Lingkungan dimana villa
itu berada nampak sepi. Suhu udara yang dingin disertai hembusan udara
yang sejuk membuat Gita agak kedinginan tatkala melangkah keluar dari
kendaraan yang menjemputnya.
Dengan langkah santai artis berjilbab itu berjalan menuju ke dalam
villa. Sejenak diperhatikannya ruangan bangunan yang sebagian ruangannya
telah dirombak menjadi sebuah studio untuk keperluan shooting. Dalam
hati Gita seperti mengenal ruangan ini, karena tempat ini memang sering
dipakai sebagai setting sinetron yang banyak ditayangkan di televisi.
Namun raut wajah Gita sedikit berubah bingung tatkala disuruh masuk ke
dalam sebuah kamar di villa itu karena hanya ada beberapa orang disana.
Tidak satupun wajah yang dikenalnya. Hanya sang produser yang pernah
ditemuinya. Lagipula disitu hanya ada segelintir kru film. Sekilas
perasaan was-was menghinggapi hati artis berjilbab ini karena di ruangan
itu yang ada lelaki semua!
Namun suasana hati Gita yang sedang was-was itu sejenak mencair kala
sosok yang dikenalnya menyapa seraya mendekatinya. Seorang pria paruh
baya berwajah lumayan tampan dengan tubuh atletis itu bernama Sony.
Dialah sutradara yang ditunjuk untuk menangani sinetron ini. Dan konon
kabarnya berkat usaha sang sutradara pula Gita mendapat prioritas
pertama untuk casting peran utama sinetron tersebut.
“Hai Gita, apa kabar? Gimana perjalanan tadi? Lancar khan?” sapa sang sutradara itu tersenyum.
“Syukurlah semua lancar-lancar aja, Pak Sony.” balas Gita dengan tersenyum manis.
“Gimana? Siap untuk casting sekarang?” tanya Sony lagi.
“Siap. Tapi emm…” jawab Gita lagi dengan nada bimbang. “koq, yang ada
disini keliatannya cuma kru film sama sutradara aja sih, Pak?” selidik
Gita lebih lanjut.
“Ohh… itu. Begini, Git, artis-artis pendukung lain yang akan dicasting
kebetulan datangnya agak siangan dikit. Sedangkan calon lawan main kamu
lagi ada masalah di jalan tol. Tadi dia udah calling ke handphone-ku
ngasih tau kalo dia bakalan telat dating. Begitu loh ceritanya.
Kebetulan aja kamu duluan yang nyampe disini.” jawab si sutradara.
“Oh, begitu…” sahut Gita manggut-manggut mengerti.
Lalu singkat cerita Jilbaber juara Kontes Dangdut tersebut diperkenalkan
kepada sang produser sekaligus sang pemilik rumah produksi.
“Git, kenalkan ini Pak Harry, produser kita yang akan menyaksikan
langsung casting kamu hari ini,” ujar Sony memperkenalkan Gita pada si
produser.
“Apa kabar, Pak? Saya Gita,” ujar artis cantik berjilbab itu seraya mengulurkan tangan.
Sambil tersenyum misterius pria yang disapa itu membalas sapaan Gita
seraya menjabat tangan halus si artis berjilbab itu, “Ah ya, saya
Harry.” Pria bersosok tubuh sedang namun tidak kalah atletis dari Sony
nampak memandangi Gita dari atas ke bawah seakan matanya sedang
mengagumi keindahan lekuk tubuh Gita yang dibalut pakaian tertutup namun
agak ketat, payudara Gita menonjol dengan indahnya.
“Wah-wah-wah, aku nggak menyangka, penampilan kamu beda banget sama yang
di tivi. Lebih cantik kalo melihat langsung!” puji si produser.
“Ah, bapak! Biasa aja koq,” sahut Gita tersenyum malu dengan wajah merah merona mendapat pujian seperti itu.
“Ok, deh! Untuk menyingkat waktu, coba Gita mulai casting sekarang. Son,
kasih dia script,” titah Herry pada Sony. Lalu seraya sang sutradara
menyerahkan naskah kepada artis berjilbab itu Herry berujar, “Ok,
sekarang coba kamu baca, mainkan perannya.”
“Ya, pak!” sahut Gita sumringah kala menerima script itu ditangannya.
Namun saat sang artis berjilbab mulai membaca naskah itu nampak raut
wajahnya yang cantik itu sedikit mengernyit. Herry yang melihat
perubahan pada mimik muka Gita seakan sudah menduganya segera berujar,
“Kenapa, Gita? Kamu keberatan? Memang dalam naskah itu ceritanya kamu
baru saja diculik dan hendak diperkosa oleh para penjahat. Dan memang
akan ada adegan dimana nanti kamu diikat di ranjang sebelah sana. Nah,
pada saat shoot dimulai kamu harus bisa menampilkan ekspresi dan akting
yang meyakinkan kala kamu menangis dan memohon untuk dilepaskan. Paham?”
Gita sang artis berjilbab itu nampak menunjukkan wajah ragu dengan
adegan seperti itu. Ia tidak menyangka jika test castingnya langsung
akan ada adegan yang berat seperti ini. Gadis berjilbab tersebut nampak
tercenung sesaat.
“Git? Lho koq malah bengong. Apa kamu nggak sanggup dengan peran ini?”
sergah sang produser tak sabar. “Kalo kamu nggak sanggup, ya udah kita
batalin aja casting hari ini dan biar kita casting artis lain yang
sanggup.” sergah Herry lebih lanjut seakan memojokkan Gita yang sedang
berpikir ulang.
Sesaat kemudian artis cantik berjilbab itu nampak menganggukkan
kepalanya tanda setuju. Gita kemudian beringsut menuju ranjang lalu
berbaring di tempat tidur yang berada di ruangan itu. Kru film yang
berada disitu segera bekerja mengikat tangan dan kaki artis berjilbab
itu ke ujung tempat tidur membentuk huruf X. Wajahnya yang cantik
berbalutkan jilbab merah satin itu terlihat cemas dan was-was saat
kemudian mulutnya disumpal.
“Rileks dong, Git! Adegannya cuma sebentar aja koq. Saya yakin begitu
kamera rolling kamu akan enjoy. So, coba sedikit tenang. Ok?” ujar Sony
berusaha menenangkan Gita.
Lalu Gita mengangguk pelan dan ia nampak jadi sedikit lebih tenang.
“Ok! Kamera roll. Action!” seru Sony. Adegan pun dimulai dan nampak
seorang pria yang diplot sebagai si penjahat memasuki set melangkah
mendekati Gita dan membuka sempal mulut gadis berjilbab itu.
“Tolong lepaskan saya! Jangan apa-apakan saya!” seru Gita kala mulai berakting.
Namun tiba-tiba, “Cuuttttt…!! Aduh, Gita! Nggak ok akting kamu, kurang
meyakinkan! Ulangi lagi…!!!” teriak Sony yang tak puas dengan adegan
itu. Mulut Gita pun kembali disumpal dan adegan diulang.
“Cuutt…!!! Ya ampĆ³n, Gita! Kamu ini bisa akting nggak sih? Ulang!!!”
seru Sony kesal karena tak puas, sementara Gita merasa mulai tak nyaman
dengan semua ini. Jika harus diulang sekali lagi, ia berpikir untuk
menyudahi semua ini dan segera pulang saja.
Adegan kembali diulang, Gita bersiap menunggu sang pemeran penjahat
untuk masuk, namun kali ini ia sangat terkejut. Kali ini yang
mendatanginya bukanlah sang pemeran penjahat tadi, melainkan Herry sang
produser bersama Sony si sutradara! Dengan wajah ketakutan mata Gita
melotot kala melihat sang produser dan sutradara yang sudah bertelanjang
dada mendekatinya. Panik, sang artis berjilbab yang sedang terikat di
ranjang itu segera menoleh ke sekeliling ruangan itu. Kosong! Ruangan
itu telah ditinggalkan oleh para kru film tadi. Sekarang yang ada
tinggal mereka bertiga plus seorang jurukamera yang nampak serius sedang
mengambil gambar mereka.
Bagaikan tersadar dari alam mimpi, Gita pun segera bergerak berontak dan
meronta- ronta berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kakinya. Namun
ikatan tersebut terlalu kuat. Sadar akan bahaya yang menghampirinya,
artis berjilbab itu nampak tidak berdaya, air mata mulai meleleh
membasahi pipinya.
Herry kemudian naik ke ranjang seraya mengelus-elus paha mulus Gita dari
luar rok panjang merah satin miliknya. Perlahan gerakan tangannya terus
naik ke atas pangkal pahanya. Lalu jemarinya bergerak halus
menggesek-gesek selangkangan Gita dari luar rok panjang satinnya. Artis
berjilbab itu sontak berontak meronta-ronta dengan kala mendapat
perlakuan tersebut.
“Mmmphh… hhhhmmm…!!” jeritannya tertahan oleh sumpalan kain di mulutnya.
Wajahnya yang cantik terbalut jilbab merah satin itu menampakkan amarah
yang amat sangat. Namun apa daya semua itu sia-sia akibat ikatan yang
kuat di kedua kaki dan tangannya.
Sejurus kemudian Herry berpindah ke atas ranjang seraya menduduki kedua
betis Gita yang telentang dengan kedua pangkal betis kakinya. Kini
praktis rontaan kedua kaki artis berjilbab itu terhenti karenanya.
Dengan air mata berlinang tak berdaya, ditatapnya pria yang berada di
ujung ranjang itu sedang asyik menyingkap rok panjang merah satinnya
sepinggang. Bulu kuduknya merinding ketika merasakan tangan kekar
seorang pria yang bukan muhrimnya itu menyentuh kulit pahanya dengan
halus tatkala menyingkap rok panjang satin miliknya. Sekarang
terpampanglah gundukan kemaluan nan halus terbungkus celana dalam
berwarna krem.
Gita hanya bisa menutup mata dengan tubuh tergetar menahan tangis
kesedihan yang mendalam. Dia tahu, kalau hari ini akan menjadi sejarah
kelam dalam kehidupannya. Karena itulah pedangdut berjilbab itu hanya
bisa diam pasrah membiarkan sang produser dan sutradara melucuti celana
dalam serta kancing-kancing baju lengan panjang satinnya.
Herry sang produser yang berada persis di depan selangkangannya yang
telanjang itu menatap penuh birahi kemaluannya yang gundul. (Gita
ternyata rajin mencukur bulu kemaluannya). Kemudian dengan jemarinya
pria itu menelusuri gundukan vagina gita dengan lembut.
Sony sang sutradarapun tidak ketinggalan beraksi. Pakaian lengan panjang
Gita yang telah terbuka kancingnya hingga menyembulkan sepasang buah
dada nan ranum itu sekarang menjadi bulan-bulanan permainan tangan Sony.
Dengan gemas diremas dan dipilin-pilinnya buah dada dan puting artis
muda berjilbab itu. Tubuh Gita hanya menggeliat pelan dengan mata
terpejam kala mendapat perlakuan tersebut. Hanya isak tangis yang
tertahan saja yang keluar dari mulutnya yang tersumpal.
Untuk beberapa saat tubuh indah Gita menjadi hiburan yang mengasyikan
bagi kedua pria bejat itu. Buah dadanya diremas, dijilati dan dihisap
oleh mulut Sony. Begitu juga vaginanya, Herry dengan rakusnya menguak,
menjilati serta menghisap liang surgawi bintang dangdut tersebut. Tak
ada bagian tubuh Gita yang lolos dari jamahan tangan dan mulut jahil
kedua pria tersebut. Artis berjilbab itu hanya bisa mengutuk dalam hati
atas tindakan bejat kedua pria tersebut terhadap dirinya yang masih suci
ini.
Namun sebagai seorang manusia biasa yang juga punya kelemahan lama
kelamaan perlakuan yang awalnya dianggap sebagai sebuah siksaan itu
perlahan berubah menjadi suatu sensasi yang tidak pernah ia alami
sebelumnya. Nafas si artis berjilbab itu perlahan mendengus naik turun
tidak beraturan. Kemaluannya juga semakin lama semakin basah
mengeluarkan cairan kewanitaannya. Secara naluri, tubuh Gita kini mulai
terangsang. Dalam hati, artis cantik berjilbab itu mengutuk tubuhnya
yang tidak dapat menahan rangsangan birahi kedua pria bejat itu.
Kini kedua lelaki bejat itu telah tahu kalau artis cantik berjilbab
korban kegiatan mereka mulai terangsang birahinya. Sejenak mereka
hentikan aksinya masing-masing. Sesaat Gita menarik nafas lega kala
pria-pria yang menjamahi tubuhnya itu berhenti beraksi. Namun mata artis
cantik berjilbab itu tiba-tiba terbelalak ngeri ketakutan kala kedua
lelaki itu membuka celana masing masing. Penis-penis yang nampak tegak
mengacung itu seketika membuatnya kembali meronta-ronta ketakutan, namun
sia sia.
“Hei, Son, pegangin kaki Gita! Gua mo lepasin nih roknya!” titah Herry.
Sony segera memegangi kedua kaki Gita. Setelah melepaskan kedua ikatan
kaki si artis itu, Herry kemudian memelorotkan rok panjang satin yang
tersingkap sepinggang tadi. Gita si pedangdut berjilbab itu kini hanya
mengenakan rok dalaman merah muda serta blus satin lengan panjang yang
terbuka kancingnya.
Kemudian sang produser yang telah telanjang bulat itu naik lagi ke atas
ranjang dan duduk bersimpuh tepat di depan selangkangan Gita. Sambil
tertawa mengejek, Herry mulai menggosok-gosokkan penisnya tepat di ujung
bibir vagina Gita seraya menikmati ekspresi ketakutan gadis berjilbab
itu. Gita yang seumur hidup belum pernah mengalami hal ini, menjerit
tertahan di balik sumpalan mulutnya ketika akhirnya penis besar berurat
itu perlahan membelah bibir serta memasuki liang vaginanya.
“Ough, Gita…memekmu emang sempit, sayangg… ugghh!” racau Herry yang
sedang berjuang merobek keperawanan Gita. Wajah cantik Gita yang
terbalut oleh jilbab ketat merah satin itu nampak mengernyit seraya
kepalanya mendongak ke belakang menahan sakit. Dan beberapa saat
kemudian penis produser itupun akhirnya sukses membobol keperawanan
artis cantik berjilbab itu. Nampak darah keperawanan Gita mengalir dari
pangkal pahanya.
Sesaat kemudian Gita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan
frustasi saat penis itu bergerak maju mundur di vaginanya. Rasa sakit,
malu, marah dan menyesal bercampur aduk di dadanya. Sambil
menyodok-nyodok kemaluan artis berjilbab itu, Herry membuka sumpalan
mulutnya.
“Aakkhh!! S-sudahh… s-sakkitt… ookkhh!” pekik mohon Gita agar Herry berhenti memperkosanya.
Namun semua teriakan, tangisan dan rontaan Gita, malah makin membuat
pria itu semakin brutal mendorong masuk penisnya, sehingga tubuh gadis
berjilbab merah satin itu terguncang-guncang di ranjang.
Sony yang sedari tadi berdiri di samping ranjang sambil mengocok-ngocok
penisnya sendiri tanpa basa-basi memaksa masuk penisnya yang besar ke
mulut Gita yang sedang kepayahan menahan sakitnya disodok-sodok oleh
penis Herry.
“Isap!! Kulum!! Awas kalo berani gigit!!!” ancam Sony seraya menjambak jilbab pendek merah satin Gita.
Penis yang besar, panas, serta asin itu memenuhi rongga mulut dan bibir
Gita, membuat gadis berjilbab itu tersedak-sedak kala penis itu mencapai
tenggorokannya. Menghalangi jalan masuknya udara. Sambil memaju
mundurkan penisnya di mulut si artis cantik berjilbab itu, dengan kasar
Sony mencengkeram jilbab dan kepalanya.
“Ookkhh… emmphh…” hanya bunyi itu yang keluar dari mulut Gita kala penis
Sony maju mundur di dalam mulutnya. Artis dan pedangdut berjilbab itu
hampir saja kehabisan nafas, beruntung sekali penis di mulutnya itu
tidak terlalu lama berada dalam mulutnya.
Tak lama kemudian, “Akkhh… Gittahh… nniihhh…!!” seru Sony yang telah
mencapai klimaksnya seraya menyemburkan sperma dari ujung penisnya.
Cairan putih dan hangat mengisi langsung mulut dan tenggorokannya,
membuat Gita tersedak-sedak serta merasa jijik. Namun akhirnya artis
berjilbab itu bisa bernafas lega saat penis Sony ditarik dari dalam
mulutnya.
Kini hanya tinggal Herry yang masih bertahan menyetubuhinya. Dengan
penuh semangat genjotan pria pemerkosa itu semakin lama semakin cepat
sehingga mulut gadis berjilbab ini hanya mampu mengeluarkan
lenguhan-lenguhan menahan sakit serta birahi yang entah darimana
datangnya.
“Oohh… iihh… oohh… iihh…” begitulah lenguhan Gita kala menahan gempuran dan genjotan Herry terhadap vaginanya.
Hampir sepuluh menit lamanya Gita digenjot oleh Herry dengan posisi
terlentang. Tiba-tiba pria itu menghentikan genjotannya. Lalu dengan
tubuh Gita yang lunglai itupun dibaliknya hingga tengkurap. Diangkat
bokong bulat nan padat itu hingga menungging keatas. Dengan gemas
diusap-usap dan diremasnya bongkahan pantat bulat milik Gita. Lalu
seraya mencengkeram Herry mulai menyodok-nyodok liang surgawinya dari
belakang.
“Oouhh… aaakkhh…!” teriak artis berjilbab itu tatkala hentakan keras
penis pria pemerkosanya menghujam keras dari belakang. Wajahnya yang
manis terbalut jilbab merah satin itu nampak mendongak dan merintih
kesakitan sekaligus nikmat. Lalu disela-sela genjotannya, Herry
meremas-remas buah dadanya seraya melepaskan baju satin merah lengan
panjang Gita.
Sony yang telah kembali tegang segera ikut beraksi, kali ini dia duduk
mengangkang di depan wajah cantik Gita seraya kembali memaksanya untuk
mengoral penisnya lagi. Dan dengan memegangi kepala Gita didorongnya
penis itu maju mundur.
“Shhh… oooohhhhh… ooohhhhh… enak banget kamu, Gittaaaa…” racau kedua
pria yang sedang asyik memperkosa mulut dan vagina artis berjilbab itu
dari depan dan belakang.
Gita yang tak berdaya lagi hanya bisa melenguh, “Emmhhh… uummhhhh…”
suara yang tertutup oleh derasnya hujaman penis Sony di mulutnya.
Matanya terpejam seraya kedua tangannya mencengkeram pangkal paha Sony
erat.
Betapa pemandangan yang menggairahkan! Bagaimana tidak? Artis cantik
berjilbab pendek itu sudah telanjang hanya rok dalamannya yang berwarna
pink tersingkap sepinggang sedang menungging. Dua orang pria sedang
sibuk menyetubuhinya dari depan dan belakang.
Tubuh Gita yang sudah amat kepayahan menghadapi serangan penis
pemerkosanya mendadak bergetar hebat. Nampaknya Gita telah mencapai
puncak orgasmenya. Dan bersamaan dengan itu pula, “Aaahh… Giittaahh…
nniihhh!!” teriak Herry kala mencapai puncak orgasmenya sembari menyodok
dalam-dalam penis ke dalam liang surga Gita.
Crrooottt… crooot… crottt… sperma sang produser itupun menyembur ke
dalam rahim sang artis berjilbab. Dan tak lama kemudian Sony pun
menyusul dengan memuncratkan spermanya di wajah Gita. Sebagian muncratan
sperma Sony nampak membasahi jilbab pendek merah satin yang dikenakan
oleh Gita.
Mereka bertiga pun tersungkur lemas di atas ranjang itu dengan Herry
menindih tubuh Gita yang sedang tengkurap sedangkan Sony nampak terduduk
lemas mengangkang di depan kepala artis berjilbab itu.
Satu setengah jam kemudian kedua pria itu kembali melampiaskan hasrat
birahinya yang terpendam selama ini terhadap Gita sang artis berjilbab.
Nampak Sony sedang duduk dibangku yang ada samping ranjang sedang
memangku Gita yang diposisikan duduk membelakanginya. Sedangkan Herry
sang produser sinetron itu nampak berdiri diatas ranjang asyik memaju
mundurkan penisnya ke dalam mulut Gita seraya memegangi kepala yang
terbalut jilbab merah satin itu.
Hampir seharian mereka memperkosa tubuh sintal milik Gita si artis
dangdut berjilbab itu sepuas-puasnya tanpa memberi kesempatan pada anak
buah mereka untuk ikut mencicipi juga. Yah maklumlah, namanya juga bos.
Masa yang enak mau dibagi-bagi?
Gita yang telah dinodai seharian oleh si produser dan sutradara sinetron
bejat itu, tidak dapat berbuat banyak setelah menerima ancaman mereka.
Apabila ia buka mulut, rekaman perkosaan itu akan mereka sebarluaskan.
Klise, namun ampuh.
Gita, artis berjilbab itu akhirnya pulang dengan membawa kisah kelam
yang tak akan dapat diceritakannya. Bukannya job sinetron yang ia dapat
melainkan sex job!